Hong Du-Sik.

 Dari Hong Du-Sik aku belajar...



Untuk sebagian orang pasti udah tau banget lah yaa.. siapa Hong Du-Sik itu. Terutama untuk para Kdrama lovers yang akhir-akhir ini kena peletnya Han Ji-Pyeong. 

Terlepas dari kasus yang lagi panas-panasnya mengenai si aktor yang memerankan karakter Hong Du-Sik ini, aku tetap merasa bersyukur karna termasuk orang yang menikmati serial Hometown ChaChaCha ini. Kenapa? Karna dibalik kesan drama yang ringan Homcha ini termasuk drama yang menurutku masterpiece, bagi kalian yang udah nonton drama ini pasti tau seberapa bagusnya drama ini. Drama ini bukan hanya sekadar menghibur para penontonnya saja tapi banyak sekali makna-makna terselubung yang sangat menghangatkan hati dan pikiran kita, tentu mengenai hidup.

Aku ini bukan tipe orang yang mudah mengingat apa saja yang telah aku tonton atau baca, maka dari itu disini aku hanya akan menuliskan beberapa hal yang sangat menyentuh hatiku dan menyadarkan diriku akan suatu hal dari drama ini. Mohon dimaafkan jika ada salah-salah alur ceritanya hehe..

Kita cukup ketika kita merasa cukup.

Kalian inget ga scene dimana Hong Banjang/Hong Du-Sik mulai dating sama Kim Hye-Jin dan mereka memutuskan untuk pergi ke Seoul untuk Date?

Selama di Gyongjin aku selalu merasa si Hong Banjang ini hidupnya cukup-cukup aja, walaupun dia selalu bekerja lepas dengan gaji minimum. Ga pernah ngerasa sedikitpun kalau si Hong Banjang ini kekurangan secara materil, Hong pun ngerasa kaya enjoy aja sama apa yang dia miliki sekarang. Bahkan pas scene Hong ketemu orang tuanya Hye-Jin aku masih ngerasa biasa aja dengan fakta-fakta si Hong.




Tapi pas mereka ke Seoul, BAM!

Ga tau kenapa hati aku sakit banget ngeliat si Hong disana, semacam prihatin mungkin? Si Hong pun sebenernya masih biasa aja dan terkesan cuek, ga ada sama sekali kesan dimana dia itu Insecure dengan Hye-Jin terutama mengenai penghasilan Hye-Jin yang lebih besar dan gaya hidup Hye-Jin yang lebih tinggi.

Baru pas scene dimana Hye-Jin mau beli kalung yang udah di incar banget untuk dibeli dan si Hong berniat mau bayarin kalung itu untuk Hye-Jin karna seneng ngeliat Hye-Jin bahagia, sambil ngeluarin dompetnya (Hong Du-Sik) Hye-jin nanya harga kalung itu ke SPGnya pas tau harganya mencapai 5,55 juta won Hong langsung melongo kaget dan karna Hye-Jin terlalu excited dia jadi ga mendengar dengan apa yang mau Hong katakan dan apa yang barusan mau Hong lakukan.



Disitu aku bener-bener baru tersadar kalau strata mereka secara perekonomian mereka itu jomplang banget, di episode ini aku baru sadar kalau Hong ini sekurang itu secara finansial. Padahal kalau mereka di Gyongjin rasanya kaya biasa aja, mampu-mampu aja, tapi pas mereka sampai di Seoul hmm. Sebesar itu pengaruh lingkungan terhadap rasa cukup.

Apalah arti kegagalan.

Akhir-akhir ini aku menjadi orang yang suka mengeluh dengan keadaan, selalu merasa tidak cukup. Merasa selalu gagal karna tidak bisa mengapai seperti apa yang orang-orang gapai di lingkungan ku. 

Selama ini kita selalu mengukur kesuksesan dengan materi, aset, dan gaya hidup. Sampai kita melupakan kenyamanan dalam hidup itu adalah bagian dari kesuksesan kita. Kita memang tidak memiliki saldo rekening yg unlimited, kita memang tidak memiliki rumah besar dengan furniture mewah, kita memang tidak memiliki pengalaman traveling kedalam maupun luar negeri, kita memang tidak sekolah disekolah yang bergengsi, kita memang tidak memiliki barang yang bermerek, kita memang tidak memiliki ponsel yang up to date.

Tapi, kita memiliki kenyamanan dalam hidup.

Kamar untuk tidur, nasi untuk makan, air bersih untuk minum, pendidikan, tubuh yang sehat, keluarga, teman, kerabat. Kita memiliki segalanya.

Lihat Hong Du-Sik.

Dia seorang lulusan SNU yang ditinggalkan oleh seluruh keluarga bahkan kerabatnya yang dia miliki hanyalah rumah peninggalan kakeknya, sempat berkarir di sebuah perusahaan besar namun hancur dan bangkit menjadi pekerja lepas dengan memberikan patokan upah minimum yang mensejahterakan masyarakat di kota kecil bernama Gyongjin. 

*Hong Du-sik : Gagal membelikan barang mahal, sukses membahagiakan Kim Hye-Jin.

*Hong Du-Sik : Pemecah masalah di Gyongjin.




Teringat kata-kata salah satu dosen ku :

"Hidup dengan membahagiakan dan membantu seseorang itu hal yang sangat istimewa, hidup kita akan lebih bermakna dan berkah"


Jadi, gimana kesimpulannya?

Kita akan cukup ketika kita merasa cukup.
Kita akan sukses ketika kita merasa sukses.
Kita akan kaya ketika kita merasa kita kaya.
Kita akan cantik ketika kita merasa cantik.

Itulah keindahan rasa syukur yang sering kita lupakan..



Sincerely, Nazilah
Kamis, 21 Oktober 2021



Komentar