antara childfree, trauma, dan keimanan.


Seperti yang kita tau, akhir-akhir ini childfree lagi panas-panasnya dibicarakan. Aku pun sudah berkali-kali membaca, menonton, dan berpikir tentang childfree. Berkali-kali aku mengubah opini ku soal childfree, berkali-kali aku mencoba untuk teguh dengan pendirian/prinsip hidup ku. 


Akhirnya aku menemukan jawabannya. 


Aku memutuskan untuk menjadi orang yang percaya kodrat dan fitrah yang diberikan tuhan atas kehadiran manusia di dunia ini adalah untuk beriman kepada-Nya. 

'Trus apa hubungannya dengan childfree?'

Aku pernah baca dan ikut kajian yang dimana mereka membahas persoalan kehadiran atau tujuan penciptaan manusia, garis besarnya mereka bilang 'Tuhan menciptakan manusia itu berpasang-pasangan, dan tuhan memeprinthkan kita untuk menghasilkan anak keturunan sebanyak-banyaknya untuk beriman kepada-Nya dan ikut memperjuangkan agama'. Mungkin terdengar sedikit jengkel dengan kalimat 'Menghasilkan anak keturunan sebanyak-banyaknya' aku pun begitu, dari sudut perempuan ini terkesan seperti perempuan itu hanyalah sebuah mesin untuk melahirkan keturunan. Seakan ini adalah tindakan yang menekan perempuan, seakan perempuan tidak memiliki hak untuk memilih. Aku setuju itu.

Lalu apa ini tandanya perintah agama kita sangat membatasi perempuan? atau tidak menghargai perempuan karna tidak memberikan mereka kemerdekaan atas diri mereka?.

Menurutku tidak, agama memang memerintahkan hal tersebut namun sebelum itu masih banyak yang perlu kita kaji. Salah satunya adalah perihal Tanggung Jawab. Dalam agama ku sendiri tanggung jawab adalah hal yang paling utama. Dalam menentukan sesuatu atau memilih sesuatu kita harus berani mempertanggung jawabkan pilihan kita.




Ini ada sangkut pautnya dengan memiliki anak keturunan, banyak dari kita pasti tau bahwasannya ada loh orang tua yang durhaka. Orang tua yang memiliki anak namun tidak bisa menyanggupi kebutuhan materi, psikis, dll. Orang tua yang tidak bertanggung jawab atas anaknya, dan menyengsarakan anaknya. Hal ini tentu sangat tidak diperbolehkan, kita memang di perintahan untuk menghasilkan anak keturunan tapi bukan berarti kita tidak harus memikirkan apa yang anak butuhkan. 

Dunia sudah berubah banyak seiring berjalannya waktu, hukum agama pun juga semakin bisa fleksibel mengikuti alur budaya dan sosial. Pola pikir manusia pun semakin maju dan cerdas.


'Terus apa pandangan aku soal childfree?'

Jujur, aku respect dengan mereka yang memilih untuk childfree. Kenapa? Karna mereka memberikan alasan yang menurut aku masih bisa aku diterima. Trauma, kebanyakkan dari mereka memilih untuk childfree karna trauma mereka dimasa kecil. I can relate to them actually, sama seperti mereka aku pun pernah berpikir untuk tidak menikah karna aku trauma. Aku sadar hidup itu sulit, ga semuanya bisa berjalan sesuai dengan apa yang ku bayangkan. Dari trauma itu aku merasa tidak berkapasitas bahkan merasa tidak sanggup menjalaninya. 

Sama halnya dengan memiliki anak, semakin aku belajar soal kehidupan, semakin aku bisa melihat realita yang kemungkinan besar akan terjadi dihidup aku. Aku berpikir panjang soal memiliki anak, aku merenukan tindakan-tindakan dan pola asuh orang tua ku dulu, dan mencari kesalahan-kesalahan yang pernah mereka perbuat.

"Gua takut kalo punya anak nanti sifatnya kaya gua" kata ku kepada seorang teman, dan to be honest itu yang bener-bener aku takuti. Semakin bertambahnya umur semakin sadar kalau 'gua ini anaknya emang problematic banget' aku takut kalau aku ga bisa mendidik mereka dengan baik, bahkan bagaimana jika aku mengulangi kesalahan orang tua ku dulu. Dan itu ngebuat aku sempat berpikir 'Gimana kalau gua childfree?' karna aku ngerasa ga sanggup, cukup lama aku berpikir soal itu sekiranya setahun lebih. Aku mencoba untuk selalu berhati-hati. 

'Tapi gua manusia yang memiliki kepercayaan tentang alasan terciptanya manusia'. So hold on, jangan langsung memutuskan. Aku pun memikirkan hal lainnya, 'mungkin gua masih terlalu dini dan belum cukup dewasa untuk memikirkan hal ini'. Jadi, dibanding aku langsung memutuskan aku memilih untuk belajar lagi, mengeducate diri sendiri.


'Terus apa orang-orang yang memilih untuk childfree itu salah dan egois?'

Menurut pendapat pribadi ku, TIDAK. Cuy kondisi kehidupan setiap orang itu berbeda, apalagi jika sudah disangkut pautkan dengan kata Trauma, kita sama sekali tidak punya hak untuk menjudge orang tersebut, kita pikir itu hal yang biasa dan sepele namun tidak baginya. Kondisi mental seseorang itu berbeda-beda. Jangan hanya karna jalan hidup kita berbeda dengan orang lain kita bisa menghakimi jalan hidup orang tersebut tidak baik.


Childfree is a choice.


Video referensi :

Childfree by Choice: Semua Hal Itu Egois

"Kpn Punya Anak?Aku Pengen Punya Ponakan Online"Jawaban& Alasan GITA SAVITRI utk Pertanyaan Tersebut

CHILDFREE BY CHOICE : Memilih Untuk Tidak Punya Anak, Salahkah???

[Klik Adi] UAH Bicara Tentang Childfree - Ustadz Adi Hidayat


Enough for today, tulisan diatas ini aku tulis sesuai dengan apa yang aku ketahui dan aku yakini, opini yang bisa salah dan bisa juga benar. Sejujurnya masih banyak yang ingin disampaikan tapi takut terlalu panjang.xixixi.


Sincerely, Nazilah.

Komentar

Postingan Populer