Dalam diamku; bersosial media.

Sungguh tidak terasa, curah hujan dilangit mulai mereda. Kita hampir memasuki pertengahan bulan Maret 2021. Oke, apa yang akan ku tulis dikesempatan kali ini? Mari kita mengikuti alur sesuai dengan judul dalam tulisan ini. 

Dalam diamku; bersosial media, apa yang terjadi?.

Tepatnya kemarin aku mulai menginstal kembali aplikasi Instagramku, dari situ tentu sangat mudah ditebak apa yang ku lakukan. Yap, aku bersosial media dengan menscroll apapun yang ada disana, postingan, story, dan lain sebagainya. Dan kalian tau apa yang ku temukan? Semua orang berlomba menjadi yang terbaik, terkeren, tercantik/tampan, terpintar, dan terkaya, dengan garis bawah tidak semua orang yang bermaksud seperti itu. Dan rasa iri pun datang menghampiriku (lagi), rasa keinginan untuk menjadi orang lain, memiliki berbagai hal 'keren'. Jangan bilang hanya aku yang merasakan hal ini.

Namun setelah pemikiran itu datang, entah mengapa aku menjadi sedikit bersyukur dengan diriku sekarang. Dari semua postingan yang ada di Instagram itu aku mulai menilai dan berpikir, ternyata tidak selalu menujukan hal yang kita punya atau yang kita dapatkan ke sosial media itu keren, aku melihatnya merasa sangat aneh. Aku menemukan banyak hal-hal yang sebenarnya aku miliki namun tidak pernah ku tunjukkan, sedangkan mereka selalu mempostingnya. Awalnya aku merasa aneh, kenapa mereka memposting semua itu? Namun lagi aku mencoba memahami, aku tidak ingin menjudge tapi baru saja aku menjudge ironi, aku harus bisa lebih menghargai mereka karna bisa jadi aku pun (pernah/masih) melakukannya. Jujur aku pun menjadikan instagram untuk menaruh berbagai macam foto/video yang ku dapatakan lalu ku edit sesuai keinginanku, dan aku menyebutnya sebagai healing akan kegemaranku itu. 

Selain perihal barang/kepemilikan, aku juga menemukan banyak achivement dan work hard yang dilakukan/didapatkan setiap orang. Aku menemukan, ada orang yang sedang giat-giatnya bekerja, kuliah, berorganisasi, dan bahkan melakukan self-improvement. Itu adalah hal baik, dan dari situ aku bisa menyadari sesuatu bahwa 'Setiap orang sedang dalam perjalannya'. Aku sendiri menjadikan itu sebagai motivasi diri, untuk tidak lupa dengan tujuan hidupku. Namun bedanya, aku ingin sekali membuat kejutan seperti yang dikatakan seseorang 'Hiduplah senyaman mungkin, lakukanlah secara bersembunyi-sembunyi sampai orang menganggap kamu sebuah kegagalan.' Itulah salah satu prinsip yang ku pakai hingga sekarang, dan aku cukup menikmatinya. Aku sadar ternyata melakukan sesuatu dalam diam sangat menyenangkan, membuatku menjadi lebih tulus dalam mencapai sesuatu, bukan hanya sekadar ingin 'diakui' oleh orang lain. Namun aku sungguh berusaha melakukannya untuk diriku, hanya diriku.

Kalian tau? Dari prinsip itu aku berubah menjadi oarng yang lebih bersyukur, tidak ada lagi keganjalan atau keinginan untuk 'diakui' orang lain. Maksudku, mungkin ada keinginanku untuk diakui namun bukan 'diakui' seperti itu, melainkan aku hanya ingin diakui sebagai diriku bukan orang lain (kalian mengerti kan apa yang ku maksud? hehe). 

Oh iya, tapi kalian juga harus tau kalau tidak semua orang menggunakan sosial media itu hanya untuk sekadar have fun, saat ini banyak sekali orang-orang yang memanfaatkan social media sebagai wadah untuk berkarir, entah itu berjualan/berbisnis, menjadi influencer, modeling, photography/videography, dan lain sebagainya, bukankah itu hal yang keren? kalau kalian memiliki seorang teman yang memilih berkarir di social media maka dukunglah!, atau malah kalian yang memilih berkarir di social media.. Semangat ya!

Pesan dari tuliasanku kali ini; Sebenarnya kalian tidak perlu menunjukkan hal-hal dalam diri kalian ke social media, karna menurutku melakukan secara diam-diam dan memiliki sesuatu dalam diam lebih mengasyikan. Itu menandakan juga kalo kalian tulus melakukan sesuatu atau membeli sesuatu 'hanya untuk diri kalian' bukan untuk 'dipandang'. Atau dalam suatu hubungan, kalian bersungguh menjalin suatu hubungan untuk kebaikan diri kalian bukan hanya sekedar status sosial. Dan social media tidak sepenuhnya buruk, banyak hal baik yang bisa kita dapatkan dari sana, semua tergantung bagaimana cara kita melihatnya, kita boleh menilai tapi tidak untuk menyakiti/merendahkan seseorang, menurutku menaruhnya dalam diri sudah cukup. Terakhir, mari kita sama-sama belajar untuk menjadi orang yang lebih menghargai setiap orang. 


Sincerely, Nazilah.

Komentar