Live for yourself.

Aku yakin semua dari kita pasti pernah merasakan perasaan rendah diri (insecure), menurutku itu hal yang wajar/normal dialami setiap individu, karena pada dasarnya manusia memiliki perasaan yang sulit puas terhadap dirinya sendiri dan juga beberapa manusia terlalu mematokkan standar hidup yang ada. 

Seringkali tanpa kita sadari, kita telah mengorbankan kebahagiaan dan kenyamanan hidup kita hanya untuk mengikuti standar hidup yang dibuat oleh society. Seringkali pikiran kita dan komentar orang lain terhadap kita membuat diri kita menjadi manusia yang tidak semestinya, hanya karna kita tidak memenuhi standar hidup yang ada.

Standar hidup yang aku maksud disini bukan hanya mengenai pergaulan dan cara hidup tapi mencakup segalanya (general).

Mungkin kita tidak lagi asing dengan istilah Horoskop, golongan darah, MBTI, enneagram, dan hal-hal lain sejenisnya. Pengetahuan mengenai golongan kepribadian seseorang, dari istilah-istilah yang aku sebutkan tadi adalah suatu ilmu yang digunakan untuk menggolongkan suatu kepribadian/karakteristik manusia, ilmu dan penelitian mengenai ini juga bisa menggambaran dan menggolongkan cara hidup suatu individu. Dari sini bisa disadari bahwasannya manusia itu sangat kompleks, bahkan seseorang yang memiliki tipe kepribadian yang sama tidak menjamin akan memiliki karakter dan cara hidup yang sama. Lalu mengapa kita harus membangun dan mengikuti standar kehidupan itu?.


Live for yourself.

Itu adalah prinsip yang masih kucoba terapkan didalam hidupku. Sedikit demi sedikit mengubah pola pikir ku yang merugikan diriku salah satunya mengenai standar hidup. Ini adalah salah satu metode dalam proses mengenal dan mencintai diri, tentu bukanlah hal yang mudah.

Growing up, diumur yang menginjak awal 20 tahunan merupakan fase pertumbuhan diri dari segi mentality, thought, physical, Merasa struggling, lost dan labil merupakan hal yang wajar, karena kita masih tumbuh dan belajar. Dan kita akan terus growing up sampai kita mencapai fase lansia (dewasa akhir).

Perubahan perspektif, prinsip dan pola hidup juga merupakan hal yang biasa. Kita terus mencoba mencari cara yang membuat diri kita nyaman dan secure, karna mencari itu hal yang sulit dan membutuhkan waktu dan peristiwa yang banyak. Kenapa peristiwa? Dengan kita bertemu/berhadapan dengan satu peristiwa setidaknya ada satu hal yang bisa membuat kita belajar dan tumbuh. 

Mencari pola hidup yang sesuai dengan diri kita yang dimana kita menjalani hidup dari kita untuk kita. Permasalahan mengenai kepercayaan diri akan memudar ketika kita telah mengenal diri, menerima diri, dan mencintai diri. 

Live for yourself, kamu hanya perlu memberikan fokus mu untuk diri mu sendiri. Sama halnya dengan YOLO (you only live once) mau segila apapun standar kehidupan dihidup ini tetap jalani hidupmu sesuka hati mu.

Sebisa mungkin menjalani hidup yang bisa menyenangkan dan memberikan kenyamanan diri. Mungkin ini terdengar egosi dan narsistic, karena kita hanya mementingkan diri kita sendiri. Tapi menurutku asalkan kita hidup tidak merugikan orang lain dan diri sendiri kenapa tidak? Baik tidaknya cara hidup seseorang itu tergantung bagaimana kita melihatnya.

Mengenai emphaty, menurutku empati itu sangat penting namun kita tidak boleh mengambarkan/mematokan cara orang berempati. Memaksakan seseorang untuk menujukan rasa empati yang biasa digambarkan menujukan rasa sedih ketika seseorang bersedih, memberikan kata-kata yang indah untuk menujukan kepedulian, dan masih banyak lagi. Cara setiap individu berempati itu beragam, karna sekali lagi ‘Manusia itu kompleks’.

Prinsip hidup ini juga bisa disangkut pautkan dengan setting bounderise, beberapa dari kita memiliki kebiasaan untuk selalu menyenangkan orang lain (People Pleaser) atau suatu perasaan dimana kita selalu merasa bertanggung jawab atas kenyamanan dan perasaan orang lain. Seseorang people pleaser menurutku adalah seseorang yang perlu memiliki prinsip hidup ini Live for yourself, karena mereka berhak untuk hidup dengan nyaman dan mereka sebenarnya tidak memiliki tanggung jawab atas perasaan orang lain.


Bagaimana cara untuk mengubah Insecure menjadi Secure?

Seperti yang pernah aku tulis dalam tulisanku yang berjudul ‘Goodbye My Twenty’ aku merupakan orang yang termasuk memiliki permasalahan mengenai kepercayaan diri dan sedikit-demi sedikti aku bisa menghilangkan rasa insecure itu dalam diriku.

Maka dari itu aku akan membagikan cara yang aku gunakan untuk mengubah sifat Insecure ku menjadi secure;

  1. Mengenal diri, seringkali kita itu terlalu sibuk dan terhenti pada sisi negatif dari diri kita yang padahal masih banyak sisi positif yang kita miliki dalam diri kita. Dalam mengenal diri kita akan banyak hal yang bisa kita dapatkan seperti hal-hal yang membuat kita nyaman dan kita sukai.
  2. Menerima diri, seperti yang aku bilang di poin sebelumnya. Kita terlalu berfokus dengan sisi negatif kita, itu akan membuat diri kita merasa tidak cukup dan terlalu buruk untuk menjadi manusia pada umumnya. So, menerima diri dan berdamai dengan kekurangan kita merupakan hal yang perlu dilakukan.
  3. Tentukan tujuan hidup, mulai membangun tujuan hidupmu seperti alasan kenapa kamu hidup di dunia ini. Memiliki tujuan hidup akan membuat hidup menjadi lebih menyenangkan, diisi dengan beberapa goals. Hidup kita akan lebih tertata dan stabil jika memiliki tujuan hidup, dengan memiliki tujuan hidup juga akan menumbuhkan rasa percaya diri.
  4. Mengembangkan diri, entah itu passion maupun hal lainnya. Semacam menciptakan dan mengembangkan hal yang bisa membuatmu merasa berharga, berkualitas, nyaman, dan bahagia. 
  5. Stop comparing yourself, “Membandingkan diri sendiri dengan orang lain, bukanlah hasil yang sesungguhnya. Jumlah perjuanganmu itu, membuatmu berkembang.”—Relife. Cara yang aku gunakan untuk berhenti membandingkan diri dengan membatasi penggunaan sosial media dan mute orang-orang yang membuatku sering merasa Insecure, tindakan mute yg ku maksud ialah tidak lagi penasaran dan bersikap acuh. 'Bagaimana jika berpapasan secara tidak sengaja?', berusaha bersikap cuek dan menumbuhkan pikiran 'yang dia miliki itu baik untuknya, namun belum tentu baik untukku'.
  6. Batasan atas rasa cukup, menurutku perlu bagi kita membuat batasan atas rasa cukup. Seperti melakukan segala sesuatu dan mencapai sesuatu hal yang mengesankan, namun kita perlu menumbuhkan rasa cukup. Terkadang kondisi dan situasi hidup itu tidak sesuai dengan bayangan dan keinginan kita maka dari itu dengan rasa cukup akan membantu kita untuk menjadi orang yang penuh syukur dan ikhlas.

Sekiranya itulah yang kulakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diriku bahkan sampai detik ini. Tidak perlu menjadi orang lain atau mengikuti cara hidup orang lain agar merasa hidup.

Tidak perlu mengubris apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita, mereka tidak memiliki hak untuk menilai cara hidup kita karna yang lebih mengetahui dan memahami kita hanya diri kita sendiri, bukan orang lain.

Jika dirasa masih kesulitan untuk menumbuhkan rasa secure, jangan risau yang perlu kalian lakukan dan aku lakukan (karna akupun masih sering insecure) adalah terus berusaha, dan cobalah untuk kilas balik ‘Perubahan baik apa yang telah kamu buat?’.

Perjalanan mencintai diri itu bukanlah yang mudah, kamu hebat jika kamu terus berusaha. Tarik napas sejenak dan berusaha kembali.

“You are worth it, because who you are. And you are more than enough”





Sincerely, Nazilah

November 20th, 2021.




Komentar