Kesingungan merupakan pilihan

 It’s been a while right? Sebenarnya tulisan ini sudah kusiapkan dari beberapa bulan yang lalu, but for some reason i can’t writing. If You know? You know lol.

Ok, ekspektasi dan tuntutan.

Aku sering sekali berkata bahwa usia 20an merupakan usia challenging, hal itu juga ditandai dengan mulai banyaknya ekspektasi dan tuntutan yang diterima dan dimiliki suatu orang. Beberapa dari kalian pasti sudah pernah merasakan berada dalam fase dimana lingkungan memiliki ekspektasi tersendiri terhadap kita, berbagai pertanyaan mengenai kelanjutan hidup entah itu mengenai perkuliahan, pekerjaan, sampai pertanyaan mengarah ke hal personal.

Sebelumnya akan ku katakan bahwa tulisanku sangat berbeda dengan draf yg ku tulis sebelumnya, karna sebelumnya aku menulis dalam keadaan tertekan dan emosional. Sampai beberapa minggu yang lalu, aku bertemu dengan teman seperjuangan ku di kampus. Kita mengadakan semacam bukber di bulan Ramadhan, singkat cerita as always we had a really deep talk. Masing-masing dari kita bercerita mengenai update kehidupan mereka salah satunya mengenai tuntutan dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa. Yap skripsi.

Sebelumnya aku pribadi selalu merasa cemas dan panik karna banyaknya pertanyaan yang diajukan padaku beberapa waktu yang lalu, aku merasa sangat tertekan kala itu. Kami berdiskusi tentang banyak hal dan aku menyadari satu hal kalau ‘Ketersinggungan itu adalah pilihan’.

Kenapa kestersinggungan itu pilihan?

Karna ketika kita memilih untuk tersinggung, disaat itu juga kita bisa merasa terluka. Bahkan bisa sampai mengganggu aktifitas kita sehari-hari, kata lainnya adalah Overthinking.

Contoh kasus, pasti masing-masing dari kita pernah mengalami situasi dimana ada teman kita yang sedang membuat status/story di sosial medianya, ketika dilihat rasanya seperti 'Hmm si A bikin status untuk aku kah' 'Si A kayanya nyindir aku deh, soalnya timingnya pas banget'.

Pernah kan?

Aku juga pernah dan lumayan sering hehe..

Dari satu/dua pertanyaan itu akan membuat kita secara tidak sadar terhanyut dalam pikiran negatif, dan secara tidak sengaja kita sibuk bercocoklogi tentang kemungkinan. Ketika dirasa sangat masuk akal, otomatis pandangan kita, sikap kita terhadap orang itu pun akan mengikuti buah pikir kita tadi. Soudzon.

Dan tau apa?

Ketika dijalani atau bahkan sampai bertanya ke orang bersangkutan, nyatanya apa yang kita pikirkan itu semuanya salah.

Jujur sebagai orang yang sangat takut akan 'Apa yang orang lain pikirkan tentang aku' dan lama terperangkap disituasi ini, sulit bagi ku untuk tidak berpikir buruk.

Tapi, sekarang aku bisa.

Walau masih ada titik dimana aku sering merasa insecure dan takut orang bergunjing buruk dibelakangku karna mungkin ada beberapa sifat/sikap ku yang buruk. Tapi kali ini aku sangat berusaha untuk tidak bergeming, ketika melihat orang berbisik disekitarku, melihat update status yang terlihat ditujukan kepadaku, dll.


Aku belajar untuk menahan.

Berikan berbagai alasan ke otak ku untuk tidak berpikir negatif terhadap sesuatu.

'Engga kok, kan aku ga ngapa-ngapain'

'Engga zil, kamu kan udah berusaha'

'Engga zil, setiap orang punya cerita, dalam hidupnya bukan hanya aku yang dia kenal'

'It's ok, kalaupun ada yang bergunjing dibelakang. Pahala lumayan kan?'

Ambil napas dalam dan buang, tetap tenang jangan berpaku dengan hal itu. Sibukkan diri.


Kalian tau? setelah aku menerapkan cara hidup itu?

Aku merasa sangat tenang dan relax, kekhawatiranku juga meringan (ya masih ada tapi ga sebanyak sebelumnya). Bersikap bodo amat itu ternyata ga selamanya buruk, bersikap bodo amat bisa membantu kita untuk tetap tenang..



Sincerely, Nazilah.


Komentar